Karna mobil pickup yang dibuat keliling mimpin jalan santai mogok, aku (bukan panitia) dan salah satu panitia
dorong mobil sejauh kira kira 1 kilometer. Lumayan lah.
Dorong mobil jelas bikin aku dehidrasi.
Dan celakanya minuman buat panitia ada di rumah (Bapak Ibu saya panitia) dan kuncinya di bawa Ibu saya.
Dan celakanya lagi, hape lagi saya charge di rumah.
Ternyata Ibu saya datang belakangan, jauh belakangan sambil cari keperluan lomba anak anak.
Gila, akhirnya nemu juga air mineral di posyandu (start dan finish jalan santai) milik pribadi pak RW.
Masa bodoh deh.
Akhirnya kunci plus Ibu saya datang juga.
Langsung deh masuk rumah. Bodo amat sama undian -_-
Dan pas lihat hape ada belasan missed call dari temen (@ditatid_).
Ternyata ngajakin ke bromo men! Berangkaaaat!!!
Kumpul di rumah dia. Dan ternyata di sana ada tamu men.
Ternyata temen kerjanya si Dita.
Yang satu agak tua namanya Pak Gino, nggak tau dari mana haha
Yang satu lagi Pak Yudi, pantesnya dipanggil Mas bukan Pak dari Makasar men!
Logistik sudah penuh, kamera siap.
Dan akhirnya berangkat!!!!
The adventure is begiiiiii eits, belum!
Tenyata dompet si Dita ketinggalan.
Nah ini petualangan bener bener dimulai!
Kami ke bromo berempat (Aku, Dita, Pak Gino, dan Pak Yudi)
Aku dibonceng Pak Gino, Dita dibonceng pak Yudi.
Gila! Pak Gino kayak sembalap men!
Dan kita mampir ke rumah nenknya Dita dulu.
Setelah halal bi halal instan, langsung kebut ke bromo.
Estimasi waktu ke ranu pane versi Dita 1 jam setengah.
Estimasi versi aku 2 jam.
Dan Pak Gino bilang 1 jam bakaln sampai.
Aku cuma ketawa kecil.
Pertama masuk Desa Burno, udara masih biasa biasa saja.
Masuk perkampungan berikutnya jalan masih bagus.
Dan di sekitar jalan masuk air terjun Sobyok, jalan mulai rusak.
Pak Gino ngebut terus tiba tiba mendadak main rem.
Lubang besar di jalan ga bisa dia hindari.
Aku bilang sama dia, "Ke depannya akan lebih parah"
Pak Gino ngiyain aja.
Tapi tetep sedikit ngebut.
Seperti biasa, kanan kiri yang terlihat hanya pohon dengan kayu warna merah.
Aku suka nyebutnya redwood
Terakhir ke sana jalannya rusak.
Sekarang HANCUR men!
Nih dia foto yang sempet aku ambil.
Hancur berat men! Sebelum foto ini diambil kami pernah melewati yang lebih parah.
Begitu juga berikutnya.
Sepanjang perjalanan, beberapa kali hampir jatuh dari motor.
Dan akhirnya Pak Gino yang ngebut dan saya yang dibonceng jatuh!
Pak Gino Kakinya ketimpa motornya
Dan aku yang bawa logistik di ransel, alhamdulillah bisa loncat men!
Fyuuuh. Begitu seterusnya, berkali kali berhenti dan berkali kali hampir jatuh lagi.
Seperti biasa, aku kagum sama orang orang lokal sana, di jalan yang parah gitu dan lumayan dingin,
ada yang mengemudikan motornya sambil minum es di mulutnya. Wow!
Aku yang penakut, ga mau lagi lewat sana deh.
Kemudian kami memasuki Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Pemandangan kanan kiri kami mulai didominasi oleh semak semak.
Dan udara mulai terasa dingin. Meskipun nggak sedingin dulu.
Tetep bikin tangan kaku.
Itu tandanya kami memasuki hutan yang biasa disebut ireng ireng.
Di hutan itu, seingatku 3 tahun lalu ada jalan dari beton yang mulus, panjangnya berkilo kilometer.
Tapi sekarang cuma bermeter meter putus nyambung,
Jalan rusak tetep mendominasi.
Dan akhirnya hutan yang lembab tak tertembus sinar matahari terlewati.
Matahari bersinar terang.
Aku bilang ke Pak Gino "Ranu Pane udah dekat"
Dan kebetulan jalanan udah mulus.
Langsung tancap gas.
And here we are
Ranu Pane!!!
Pak Yudi yang pertama ke sana kagum sekagum kagumnya.Ranu Pane rame banget, baru kali ini lihat di ranu pane ada parkirannya.
Full motornya!
Di sana dipenuhi mas mas keren dan mbak mbak cantik pendaki.
Baik yang mau ke puncak Mahameru, atau cuma ke Ranu Kumbolo atau ke Kalimati.
Aku merasa malu sama mbak mbak cantik yang udah pernah naik semeru.
Aku belum pernah ke sana sama sekali.
Someday, maybe someday. :(
Waktunya mengurangi jatah logistik.
Ya cuma air dan makanan ringan.
Setelah puas jepret sana jepret sini. Saya yang penakut, memutuskan ingin balik lagi ke tempat ini.
Atau ke tempat yang lebih dekat dari langit di sekitar sana.
Atau ke tempat yang lebih dekat dari langit di sekitar sana.
Dan lanjut lagi perjalanan.
Bromo menanti men!
Jalan masih cukup panjang.
Jalanan cukup ramah kali ini bisa kebut nih Pak Gino.
Nggak makan waktu lama, the next pit stop.
Bentengan.
Tahu apa yang pertama saya cari?
Coretan coretan dipermukaan semen!
Seperti ini
Koplakz | God Bless | Ari - Ghanis |
Atau seperti ini
Ekbar Atika. Whaat??? |
Dan ini karya saya meskipun pudar dan tertutupi.
@iyow_ez @mbo_ez |
@iyow_ez sekarang @ditatid
@mbo_ez sekarang @efforfajar. :D
Dan ini kelas terbaik saya :)
MP3 RUSAK |
Remember that?
And here we are again. Bentengan.
Bentengan |
Itu yang kayak sungai itu jalan ke padang pasir menuju Bromo.
Perjalanan harus dilanjut!
Kali ini jalan akan menurun terjal dan sangat berdebu.
Rapatkan masker!
Karena Pak Yudi merasa ada yang salah dengan motornya, akhirnya dia minta sama aku yang lebih dan paling ringan di antara mereka -_-.
Berangkaat!!
Jalanan menurun yang sangat curam memicu adrenalin.
Atau tepatnya membuat saya takut. HahaSetelah melewati jalan curam itu.
Istirahat dulu dah, jepret jepret lagi.
Punggung perlu diluruskan, dan Pak Gino butuh rokoknya.
Pak Yudi jeprat jepret.
Saya belum pernah berhenti di titik ini sebelumnya.
Dan ini keren. sangat sangat keren.Perjalana berikutnya adalah melewati jalanan pasir yang bikin ban slip dan bikin terjatuh.
Pak Yudi bawa motor matic, yang gampang dijangkau sama kaki.
Jatuh pun nggak akan sakit.
Di jalanan pasir, sering kali hampir terjatuh tapi kaki masih bisa menyangga.
Dan akhirnya sampai di lautan pasir. Artinya bromo su dekat. :D
Wohohohh jalanan yang keras makin sulit ditemui.
Lanjut terus.Dan akhirnya Bromo terlihat!
Tapi tapi tapi, Pak Yudi enggan naik.
Ini 4 kalinya aku ke bromo dan gagal ngitung anak tangga!
Sueeeeexxx
Someday, I know someday it will be happened. Aamiiin
Langsung naik lagi deh.
Pulang lewat probolinggo.
Dan pemberhentian selanjutnya adalah . . .
Satu Satunya SPBU di wilayah Bromo |
Antriannya mah panjang. Untung kami cuma numpang pipis. Hihihihi
Waktu hampir keluar dari kawasan Bromo, telinga sakit banget.
Bikin pusing, mungkin karena perbedaan tekanan udara.
Dan sesuatu terjatuh, BB si Dita jatuh men.
Alhamdulillah aku sama Pak Yudi yang di belakang ngelihat.
Kami balik arah, langsung mungutin di tengah jalan.
Dita-nya nggak ngerasa kalau BBnya jatuh.
Tetapi akhirnya dia sadar juga.
Akhirnya kami memutuskan makan dulu di Rumah Makan Sate Cempe cabang Kediri di kawasan Leces.
Mereka bertiga ngomongin kerjaan mereka.
Aku nggak ngerti.
Pas selesai makan . . . .
Brakkk. . . . .
Dan
CERITA TIDAK DILANJUTKAN :)
Dari perjalanan yang kami lalui kali ini saya pribadi memetik beberapa pelajaran.
Jalan bebatuan, keras, terjal, yang panjang di jalan menuju ranu pane.
Begitu juga hidup, kita semua pasti pernah mengalami suatu titik dimana hidup terasa sangat keras, terjal, berkali kali jatuh dan sakit. Pasti semua itu ada akhirnya.
Persis seperti jalan menuju ranu pane tersebut, pasti ada jalan mulusnya :)
Jalan pasir yang lembut menuju Bromo, tapi bisa membuat kita kehilangan kendali motor kita. Kita pasti akan terjatuh.
Jalan yang terlalu lembut dan nyaman nyaman saja dalam hidup juga tidak baik. Kita bisa hilang kendali atas diri kita, karena terlalu terbuai, kemudian pasti akan terjatuh.
Bukan maksud saya menggurui, ini nasihat hanya untuk saya sendiri.
Maaf jika terlalu panjang. Selamat malam. Sampai bertemu lagi di kisah selanjutnya. :)